Nurani oh Nurani

Dia ada namun ditiadakan, terkadang aku kerap menjadikannya suara kesekian. Meski kerap bersuara, namun terlindas oleh suara-suara lain. Hanya karena, stigma naif , polos dan tulus. Jadi praktis suaranya seperti anak bocah yang bergumam karena tak dapat apa yang diinginkannya Lanjutkan membaca “Nurani oh Nurani”