Dipantara. Aku berguling ke kanan dan ke kiri di atas ranjang. Tiba-tiba kepalaku begitu sakit, seperti tertindih batu besar. Aku berusaha untuk memejamkan mata. Menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Lampu aku matikan. Pikiran berkutat pada persoalan itu-itu saja. Jika saja aku mampu menghentikan otakku. Aku sudah mematikan sedari tadi dan membiarkan hidupku tenang barang sesaat. “Ya, hanya sesaat, aku mohon!” Pintaku dalam hati. Lanjutkan membaca “Bayangan Jalang!”
Wafatnya Paijo
Dipantara. Saat ramadhan, menunggu magrib, aku duduk melamun di teras rumah. Tiba-tiba terlintas Paijo yang wafat satu tahun lalu. Tepat di bulan suci ini. Paijo anjing bogel berbulu lebat yang lucu dan mengemaskan milik tetangga rumah Lanjutkan membaca “Wafatnya Paijo”
Lukisan Bulan Sepotong
Dipantara. Langit sore ini mendung. Saat sore itulah aku selalu melihat hermen melukis, ditemani dengan asap tembakau dan kopi sachet murahan, tangannya menari-nari di kanvas. Lukisannya selalu sama, bulan sepotong dengan background hitam pekat. Lanjutkan membaca “Lukisan Bulan Sepotong”
Setengah/Sepenggal
Lukisanku tetap sama, lukisan bulan yang setengah
Dia tak pernah utuh, dia selalu begitu, begitu dan selalu
Di setiap kehadirannya tak pernah sempurna
Tak seperti bulan lainnya, yang telah bersinar.
Mungkin aku bulan yang cacat
Bulan yang muncul saat alam gelap
Yang warnanya sulit terurai